Kalau kamu pikir politik Indonesia lagi adem-adem aja, siap-siap dibuat terpingkal (atau tepok jidat) karena Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon buat ulah lagi. Iya, betul. Belum sempat kita move on dari kontroversi sebelumnya, eh Pak Menbud ini muncul lagi dengan aksi yang—gimana ya—unik, dramatis, sekaligus membingungkan.
Langsung saja kita kupas, apa sih yang sebenarnya terjadi? Dan kenapa netizen, akademisi, sampai pelaku budaya semua bereaksi serempak?
Ulah Terbaru Menbud Fadli Zon: Bikin Konten atau Bikin Geger?
Dari Twitter Sampai TikTok, Semua Heboh
Dalam seminggu terakhir, jagat maya kembali digemparkan dengan pernyataan Menbud Fadli Zon soal rencana menjadikan kuda lumping sebagai warisan budaya dunia, tapi hanya versi eksklusif “Jawa sentris”. Waduh, langsung deh viral. Banyak yang bertanya: “Emangnya budaya bisa dipisah-pisah gitu, Pak?”
Pengamat budaya dari Universitas Indonesia, Prof. Ratri Andayani, menanggapi:
“Budaya itu milik bersama, bukan properti elite atau kelompok tertentu. Ketika negara mencoba ‘memfilter’ budaya, yang muncul bukan pelestarian, tapi politisasi.”
Ouch. Langsung kena kritik budaya.
Gaya Komunikasi Fadli Zon: Unik, Satir, atau Bikin Bingung?
Kalau Menteri Suka Puisi, Tapi Kontennya Bikin Kontroversi
Menbud Fadli Zon memang terkenal dengan gaya sastrawi-nya. Dia sering menulis puisi di media sosial. Tapi sayangnya, ketika puisi dibarengi dengan kebijakan yang nyeleneh, publik langsung bertanya: ini satire atau strategi?
Salah satu puisi viralnya berbunyi:
Kuda menari di panggung dunia,
Tapi lupa asalnya dari desa.
Warganet langsung bereaksi: “Lho, ini maksudnya apa? Desa mana? Emangnya UNESCO ngurusin desa atau minta sertifikat?”
Dampak ke Dunia Budaya: Pelaku Seni Pusing Tujuh Keliling
Program Mendadak yang Bikin Bingung
Dalam sebulan terakhir, Menbud Fadli Zon meluncurkan 3 program baru:
-
Festival Sastra Anti-Kritik
-
Museum Meme Nasional
-
Gerakan Cinta Pantun Politik
Yang bikin geleng-geleng, semuanya dibiayai dari dana pemajuan kebudayaan. Salah satu seniman tari tradisional di Yogyakarta, Mbak Ratna Sari, mengeluh:
“Saya sudah nunggu bantuan dana revitalisasi sanggar sejak 2022, tapi yang didanai malah festival lucu-lucuan.”
Bahkan ukiran Jepara yang selama ini jadi ikon budaya, nggak masuk daftar prioritas. Katanya sih, “kurang estetis secara digital.” Lah, ini kementerian atau agensi konten?
Reaksi Netizen: Antara Satir, Sakit Kepala, dan Sketsa Komedi
Twitter X Jadi Ladang Stand-up Politik
“Menbud Fadli Zon buat ulah lagi” langsung jadi trending topic. Netizen berlomba bikin meme, thread edukatif, sampai video TikTok pake backsound remix puisi beliau.
Salah satu tweet viral berbunyi:
“Gue ke museum cari sejarah, eh isinya timeline Twitter Fadli Zon dicetak besar-besar.”
Komentar lainnya:
“Kuda lumping bukan cuma budaya, tapi juga alat politik. Kalau bisa nari, mungkin dia udah ikut kampanye.”
Komedinya dapet. Sakit kepalanya juga dapet.
Masalah Lama yang Tak Pernah Selesai: Sentralisasi dan Politik Budaya
Ketika Jakarta Terlalu Dominan
Salah satu masalah yang mencuat sejak Fadli Zon jadi Menbud adalah fokus kebijakan yang terlalu Jawa-sentris. Padahal, Indonesia punya kekayaan budaya luar biasa dari Aceh sampai Papua.
Contohnya:
-
Sastra Makassar yang mulai punah, belum tersentuh program kementerian.
-
Tari perang dari Papua belum pernah dipromosikan ke dunia.
-
Kerajinan cangkang telur dari Sulawesi Utara malah dilewatkan total.
Dr. Intan Paramitha, dosen antropologi budaya UGM, mengatakan:
“Pemerataan kebijakan budaya itu penting. Kalau tidak, kita hanya akan melihat Bali dan Jawa terus-terusan, sementara daerah lain terpinggirkan.”
Citra Politik yang Terlalu Kuat: Budaya Jadi Alat Kekuasaan?
Kritik dari Kalangan Akademik
Salah satu hal yang bikin ulah Menbud Fadli Zon ini makin panas adalah kemelekatan citra politiknya. Banyak pihak menilai bahwa kebijakan budaya sekarang “terlalu banyak panggung, terlalu sedikit substansi.”
Sejarawan Asep Kurnia dari Universitas Padjadjaran menambahkan:
“Kalau tiap kebijakan budaya diselipin agenda politik, ya susah. Budaya jadi korban. Yang rugi? Ya rakyat.”
Perspektif Optimis: Apa yang Masih Bisa Diselamatkan?
Peluang di Tengah Kritik
Meski banyak yang mengkritik, beberapa pihak masih melihat ada potensi di balik ulah ini. Misalnya:
-
Museum Meme Nasional bisa dijadikan sarana edukasi digital budaya pop.
-
Festival Pantun Politik bisa jadi medium literasi politik kreatif.
-
Polemik budaya kuda lumping bisa memancing diskusi publik soal multikulturalisme.
Asal jangan cuma jadi event seremonial, lalu hilang ditelan waktu.
Solusi: Apa yang Bisa Dilakukan?
Tips dari Para Ahli
-
Transparansi Dana Kebudayaan
Libatkan publik dalam pemilihan program. -
Desentralisasi Kebijakan
Biarkan daerah menentukan arah budayanya sendiri. -
Kolaborasi dengan Praktisi Asli
Jangan cuma undang influencer, tapi juga tokoh adat dan seniman lokal. -
Fokus pada Pendidikan Budaya
Ajarkan budaya ke generasi muda lewat kurikulum, bukan sekadar lomba kostum.
Penutup: Ulah Menbud, Cermin Realita Budaya Kita
Jadi, ketika kita baca berita Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon buat ulah lagi, jangan cuma ketawa atau kesel. Tapi juga renungkan: kenapa ini bisa terjadi? Dan apa yang bisa kita lakukan sebagai warga yang cinta budaya?
Budaya bukan cuma soal pakaian adat, tarian tradisional, atau puisi di medsos. Tapi juga tentang cara berpikir, cara hidup, dan cara menghargai perbedaan.
Bonus Meme & Quotes Lucu Versi Netizen
“Kebudayaan Indonesia itu kaya. Tapi sayangnya, menterinya lebih suka main kata.”
“Puisi boleh, tapi realisasi lebih penting. Kalau nggak, semua jadi fiksi.”
“Kalau budaya bisa bicara, mungkin dia udah resign dari republik ini.”