Dunia internasional mendadak panas seperti gorengan baru diangkat—bukan karena minyak, tapi karena serangan AS ke Iran yang dinilai sebagai bentuk bantuan ke Israel. Reaksi global pun berdatangan. Yang paling bikin merinding adalah reaksi Arab-China & Rusia atas serangan AS ke Iran bantu Israel. Masing-masing negara tampil dengan gaya politiknya: ada yang adem seperti teh hangat, ada juga yang pedas level 10 kayak sambal setan.
Tapi, sebenarnya sekeras apa sih reaksi mereka? Dan kenapa konflik ini bikin netizen dan pemimpin dunia nggak bisa tidur nyenyak? Mari kita bongkar satu per satu, tapi dengan cara santai, nggak perlu stres kayak baca laporan PBB.
Apa yang Sebenarnya Terjadi? Timeline Singkat ala Drama Politik Global
Pertama, mari kita luruskan dulu situasinya.
Amerika Serikat melancarkan serangan militer ke beberapa target strategis di Iran, dengan dalih “menanggapi ancaman” dan “menjaga stabilitas regional”. Tapi publik dan media mencium aroma lain: dukungan diam-diam terhadap Israel, yang tengah terlibat konflik berkepanjangan di Timur Tengah.
Sejumlah analis politik internasional pun langsung berspekulasi.
“Langkah AS ini tidak bisa dilepaskan dari konstelasi politik kawasan dan hubungan strategis mereka dengan Israel,” ujar Dr. Hasan al-Majid, pakar geopolitik dari Universitas Qatar.
Nah lho. Panas, kan?
Reaksi Dunia Arab: Galau Antara Solidaritas dan Diplomasi
🇸🇦 Arab Saudi & Sekutunya: Politik Dua Muka?
Arab Saudi, seperti biasa, tampil misterius. Di satu sisi mereka mengutuk keras tindakan kekerasan dan mendesak “penahanan diri dari semua pihak”. Tapi di sisi lain, kerja sama ekonomi dan pertahanan dengan AS masih terus berjalan. Bahkan, beberapa sumber mengatakan, intelijen regional saling tukar informasi.
“Arab Saudi selalu di tengah-tengah. Mereka ingin menjaga perdamaian, tapi juga menjaga kontrak dagang miliaran dolar,” ungkap Ahmed Farouk, analis Timur Tengah.
Sementara itu, Uni Emirat Arab dan Yordania juga memilih kalimat yang “aman” saat dimintai komentar. Ya begitulah, diplomasi itu memang seni berkata banyak tanpa menyebut siapa-siapa.
🇮🇶 Irak & Suriah: Marah Tapi Sudah Capek
Negara-negara seperti Irak dan Suriah sih nggak kaget lagi. Wilayah mereka sudah sering jadi “pangung latihan” proxy war. Tapi kali ini, mereka bersuara lebih lantang. Iran adalah tetangga dekat dan sekutu politik, jadi setiap serangan ke Iran otomatis dianggap ancaman regional.
“Kita tidak bisa terus-menerus menjadi korban benturan kepentingan antara Barat dan Timur,” kata seorang anggota parlemen Irak dalam wawancara di Al Jazeera.
Reaksi China: Gak Banyak Omong, Tapi Diam-diam Mengatur Strategi
🇨🇳 China: Serius Tapi Kalem
China adalah pemain catur dalam politik global. Saat AS menyerang Iran, reaksi China terhadap serangan AS ke Iran bantu Israel sangat… khas China.
Pemerintah Beijing langsung menyerukan “de-eskalasi” dan “dialog damai”, sambil menegaskan bahwa setiap tindakan militer yang melanggar kedaulatan negara lain adalah pelanggaran hukum internasional.
Namun, di balik pernyataan kalem itu, China langsung memperkuat aliansi dagang dan pertahanan dengan Iran lewat perjanjian jangka panjang senilai $400 miliar.
“China bukan hanya netral. Mereka sedang memanfaatkan momentum untuk memperluas pengaruh,” kata Prof. Zhang Wei, pengamat hubungan internasional dari Tsinghua University.
Bahkan, beberapa laporan menyebutkan bahwa China dan Rusia kini aktif menyuplai sistem pertahanan canggih ke beberapa negara di kawasan.
Reaksi Rusia: Nyolot, Lugas, dan Siap Tempur (Secara Diplomatis)
🇷🇺 Rusia: Gaya Lama, Tapi Tetap Efektif
Kalau China kalem, Rusia beda lagi. Reaksi Rusia atas serangan AS ke Iran bantu Israel sangat vokal.
Langsung dari Moskow, Kementerian Luar Negeri Rusia mengeluarkan pernyataan keras:
“Tindakan Amerika Serikat adalah bentuk intervensi brutal dan pelanggaran atas hukum internasional yang bisa memperkeruh stabilitas global.”
Rusia bahkan memanggil Duta Besar AS di Moskow untuk klarifikasi. Dan nggak lama kemudian, Menteri Pertahanan Rusia mengadakan pembicaraan “darurat” dengan pihak Iran dan Suriah.
Konon, Rusia juga meningkatkan patroli militernya di wilayah perairan Mediterania dan mengerahkan kapal induk tambahan ke wilayah tersebut. Bukan main!
Dunia Maya Ngamuk: Netizen Jadi Duta Besar Mendadak
Tak ketinggalan, dunia maya juga ramai. Di Twitter (yang sekarang jadi X), tagar seperti #IranUnderAttack, #USIsraelAlliance, dan #StopProxyWar trending di banyak negara.
Meme pun bermunculan. Ada yang menyandingkan Biden dengan karakter game “boss terakhir”, ada juga yang menggambarkan dunia Arab sebagai penonton sinetron yang nggak bisa nyelametin pemeran utama.
Komentar netizen pun beragam:
-
“Serangan ke Iran jelas bikin kawasan makin nggak stabil. Tapi emang sejak kapan Timur Tengah stabil?”
-
“Rusia dan China mungkin bakal jadi pahlawan versi baru buat Iran.”
-
“Yang untung siapa? Yang rugi siapa? Rakyat kecil pasti korbannya.”
Apa Dampaknya Buat Indonesia?
Walau jauh secara geografis, dampak dari konflik ini bisa merembet ke kita. Mulai dari harga minyak yang naik (BBM mahal lagi, huh), hingga ketegangan di pasar saham dan mata uang.
Selain itu, posisi Indonesia yang selama ini netral dan menjunjung tinggi prinsip “bebas aktif” bisa diuji. Apalagi kalau tekanan diplomatik dari negara besar mulai masuk.
“Indonesia harus hati-hati menjaga posisi strategisnya. Jangan sampai terseret opini blok-blokan,” jelas Dr. Rizky Prabowo, dosen HI di UGM.
Perlu Dialog Global, Bukan Peluru Tambahan
Konflik seperti ini sebenarnya bukan hal baru. Tapi setiap kali terjadi, yang jadi korban tetap sama: rakyat sipil, anak-anak, dan infrastruktur negara yang hancur. Dunia butuh lebih banyak negosiator, bukan lebih banyak jenderal.
Apakah China dan Rusia akan ambil langkah lebih ekstrem? Akankah dunia Arab akhirnya bersatu suara? Atau… apakah AS akan tetap merasa dirinya “polisi dunia”?
Semua masih tanda tanya.
Kesimpulan: Dunia Lagi ‘Ngambek’, Kita Jangan Ikutan Baper
Melihat reaksi Arab-China & Rusia atas serangan AS ke Iran bantu Israel, kita sadar bahwa politik global itu mirip sinetron—penuh twist, konflik lama yang diungkit terus, dan tokoh-tokoh yang sulit ditebak.
Yang pasti, kita sebagai warga dunia (dan netizen budiman) perlu lebih cerdas menyikapi informasi. Jangan langsung termakan propaganda, jangan juga nyinyir tanpa tahu konteks.
Karena kadang, yang bikin dunia makin rusuh bukan bom, tapi komen netizen yang salah paham.
